
Kalau lo suka striker yang gesit, penuh trik, dan mainnya elegan, Artem Dzyuba bukan buat lo. Tapi kalau lo cari striker yang bikin bek stres, selalu siap jadi titik tumpu, dan bisa ngacak-ngacak kotak penalti lawan, dia jawabannya.
Dzyuba itu bukan striker biasa. Tinggi badan 196 cm, kuat kayak tiang listrik, dan punya mental “gak peduli lo siapa, gua tabrak kalau perlu.” Tapi di balik fisiknya yang keras itu, dia juga punya sisi teknikal yang cukup underrated. Plus, dia pemain nasionalis banget, yang jadi simbol Rusia saat Piala Dunia 2018.
Dan yeah, dia juga penuh kontroversi. Dari konflik sama pelatih, sampai video pribadi bocor, dia selalu ada di berita. Tapi lo suka atau nggak, Dzyuba itu pemain yang ngasih segalanya buat tim.
Latar Belakang: Lahir di Era Soviet, Tumbuh Jadi Simbol Rusia Baru
Artem Dzyuba lahir pada 22 Agustus 1988 di Moskow, saat Rusia masih bagian dari Uni Soviet. Dia besar di keluarga sederhana, dan sejak kecil emang udah punya badan yang jauh lebih gede dari temen-temennya.
Masuk akademi Spartak Moscow, Dzyuba sempat diragukan karena gerakannya dianggap lambat dan kaku. Tapi dia terus buktiin kalau insting gol dan kerja keras bisa ngalahin stigma.
Dia debut buat tim utama Spartak tahun 2006, tapi gak langsung jadi starter. Dia bolak-balik dipinjemin, termasuk ke Tom Tomsk, sebelum akhirnya kariernya benar-benar naik saat gabung Rostov.
Naik Daun Bareng Rostov dan Jadi Monster di Zenit
Tahun 2013, Dzyuba gabung Rostov dan langsung jadi striker utama. Di sinilah dia mulai ngasah gaya main khasnya: target man klasik.
- Nahan bola di depan
- Duel udara menang mulu
- Kasih flick atau assist ke second striker
- Dan kalau dapet peluang, langsung sikat
Musim 2013/14, dia cetak 17 gol dan jadi striker lokal paling subur di liga. Gaya mainnya cocok banget buat sistem direct dan fisikal ala Liga Rusia.
Penampilan impresif itu bikin Zenit Saint Petersburg ngeboyong dia tahun 2015. Dan boom—di sinilah Dzyuba masuk ke fase dominasi penuh.
Bareng Zenit, Dzyuba:
- Jadi top scorer klub
- Bawa Zenit juara empat kali Liga Rusia
- Cetak 100+ gol buat klub
- Jadi kapten dan ikon tim
Dia bukan cuma mesin gol, tapi juga pemimpin di ruang ganti, sosok yang selalu vokal, kadang meledak-ledak, tapi tetap loyal.
Gaya Bermain: Classic No. 9 yang Gak Takut Kotor-Kotoran
Dzyuba itu definisi striker “old-school”:
- Postur gede banget (196 cm)
- Duel udara menang mulu
- Bisa nahan bola & jadi tembok buat build-up
- Punya insting predator di kotak penalti
Dia bukan tipe striker yang ngedribel dari tengah. Tapi sekali dia ada di kotak penalti, bek harus waspada tiap detik. Umpan silang dikit aja bisa jadi gol karena dia punya power heading yang brutal.
Dia juga sering bantu tim bertahan, turun ke tengah buat nahan bola, dan bahkan jadi playmaker dadakan. Passing-nya underrated, dan dia punya koneksi bagus dengan winger cepat—kayak di timnas Rusia sama Golovin atau Miranchuk.
Timnas Rusia: Dari Cadangan ke Kapten dan Ikon Nasional
Dzyuba debut buat timnas Rusia tahun 2011, tapi baru benar-benar dapat tempat tetap beberapa tahun kemudian. Dan momen paling ikoniknya? Piala Dunia 2018.
Rusia jadi tuan rumah. Ekspektasinya rendah banget. Tapi di laga pembuka, Dzyuba langsung cetak gol lawan Arab Saudi. Dan dari situ, dia ngegas terus:
- Total 3 gol + 2 assist di turnamen
- Rusia sampai perempat final, kalahin Spanyol di babak 16 besar
- Dzyuba jadi simbol nasional—tangguh, berani, dan emosional
Selebrasinya yang penuh emosi, gaya mainnya yang all-out, dan leadership-nya bikin dia jadi pahlawan rakyat. Sampai hari ini, Dzyuba masih dianggap salah satu ikon terbesar Rusia di Piala Dunia.
Sisi Lain: Kontroversi dan Drama Pribadi
Tapi Dzyuba gak pernah jauh dari kontroversi. Salah satu yang paling viral?
Video pribadinya bocor tahun 2020.
Video itu langsung jadi trending dan bikin publik heboh. Akibatnya, dia dicoret dari timnas sementara waktu. Tapi fans banyak yang bela dia karena itu masalah privasi, bukan kriminal.
Selain itu, dia juga sering ribut sama pelatih atau komentator. Dzyuba itu tipe yang gak suka disalahkan tanpa alasan. Kalau lo kritik dia, dia bisa bales langsung ke media atau di lapangan.
Tapi meskipun sering ribut, gak ada yang meragukan dedikasi dan semangat bertandingnya. Dzyuba selalu fight buat tim, bahkan di umur 30-an akhir.
Pindah Klub & Akhir Karier: Masih Nendang Meski Udah Senior
Setelah sukses besar di Zenit, Dzyuba mulai jalan-jalan. Dia sempat pindah ke Adana Demirspor di Turki, tapi cuma sebentar. Lalu balik lagi ke Rusia, gabung Lokomotiv Moscow, dan terakhir main di Rubin Kazan.
Di semua klub itu, meskipun usianya udah masuk kepala 3, dia masih nyetak gol. Bahkan sempat hat-trick di usia 34. Dia buktiin kalau striker tua bukan berarti habis.
Dan Dzyuba gak pernah bilang pensiun. Selama fisiknya kuat dan dia masih bisa lari, dia bakal terus main. Karena dia tahu: kalau lo striker besar, lo harus terus lapar.
Kepribadian: Loud, Lucu, Loyal
Dzyuba itu karakter. Bukan cuma pemain, tapi juga persona. Di ruang ganti, dia suka bercanda, nge-roasting temen, dan nyanyi-nyanyi. Di media, dia berani ngomong, kadang pedas, kadang absurd.
Tapi dia juga cinta Rusia banget. Tiap kali nyanyi lagu kebangsaan, emosinya kelihatan. Dan dia sering pakai platform-nya buat dukung tim nasional, olahraga lokal, bahkan hal-hal sosial.
Ada yang bilang dia arogan, ada yang bilang dia jujur dan apa adanya. Tapi satu hal pasti: dia gak fake.
Warisan: Gak Akan Masuk List Striker Dunia, Tapi Legenda di Rumah Sendiri
Artem Dzyuba gak bakal masuk list striker terbaik dunia sepanjang masa. Dia bukan Ronaldo, Lewandowski, atau Kane. Tapi di Rusia? Dia legenda.
- Top scorer Zenit sepanjang masa
- Top scorer timnas Rusia
- Kapten yang bawa Rusia ke perempat final Piala Dunia
- Salah satu striker paling loyal dan berani
Dan yang paling penting: dia selalu main dengan hati dan emosi. Lo bisa bilang banyak soal teknik atau taktik, tapi soal effort dan impact? Dzyuba gak pernah setengah-setengah.
Penutup: Artem Dzyuba Adalah Bukti Kalau Gaya Main Klasik Masih Bisa Relevan di Era Modern
Di zaman striker harus multitasking, pressing, dribble, dan build-up—Dzyuba tetap jadi Dzyuba. Dia buktiin bahwa striker klasik yang kuat di udara dan ganas di kotak penalti masih punya tempat.
Dzyuba gak sempurna. Tapi dia jujur. Dia bukan pemain favorit semua orang, tapi dia pemain yang bakal lo inget karena karakter dan kontribusinya.
Dan kalau suatu hari dia pensiun, satu hal pasti: Rusia bakal susah cari striker kayak dia lagi.